perhatikan terlebih dahulu teks wawancara berikut.
Tidak Cukup Hanya Kaya Potensi
Gelaran Visit Indonesia Year (VIY) 2008 tinggal
menghitung hari. Tahun wisata yang memanfaatkan
momontum 100 tahun kebangkitan nasional ini
banyak diharapkan membawa angin segar bagi
sektor pariwisata Indonesia.
Sektor yang tengah terpuruk pasca rentetan
peristiwa alam dan teror yang tidak bosan melanda
Indonesia berimbas drastis pada menurunnya angka
wisatawan mancanegara.
"Pariwisata harus dilihat seperti ban mobil.
Kalau ada jarum satu masuk, semua tidak terpakai
ban mobilnya. Tidak cukup kaya dan bagus saja, ada
elemen dasar yang juga harus dipenuhi," kata Dirjen
Pemasaran, Depbudpar, Thamrin Bhiwana Bachri
ketika diwawancarai Komunika di ruang kerjanya di
Jl. Merdeka Barat, Jakarta (09/08).
Sebenarnya bagaimana persiapan pemerintah
dalam menyambut VIY 2008? Kemudian, bagaimana
upaya memaksimalkan potensi wisata yang ada.
Berikut petikan wawancaranya
Sudah sampai mana persiapan VIY?
Pelaksanaan VIY ini sebenarnya memanfaatkan
momentum 100 tahun kebangkitan nasional. Artinya,
dengan semangat ini, kita ingin juga membangun
destinasi-destinasi yang baru dan mengangkat event-
event yang ada di seluruh Indonesia agar menjadi
daya tarik untuk mendatangkan orang.
Sejauh ini, kami sudah siapkan buku panduan
pelaksanaan event untuk daerah. Bagaimana cara
menyiapkan sebuah event yang baik? Mulai menyambut
tamu, memilih lokasi yang tepat, bentuk acaranya.
Departemen ini juga masih melihat keorisinalan festival
yang akan jadi gelaran VIY. Jangan sampai menimbulkan
pertanyaan. Kita jaga orisinalitasnya.
Banyak yang menilai, kita terlambat pro-
mosi, apa pelaksanaan VIY terburu-buru?
Tidak ada istilah terlambat. Malaysia juga mulainya
tengah-tengah tahun dan bahkan grand launching-nya 6
Januari 2007. Kita juga persiapannya sudah sejak awal
tahun. Sudah banyak persiapan, mulai dari kemungkinan-
nya bagaimana, berkoordinasi dengan daerah, semuanya
kita siapkan. Promosi semisal pemasangan logo juga
sudah kita mulai. Hanya kita belum grand launching.
Kita kalah pamor dari Malaysia?
Kalau kalah dengan Malaysia, sudah dari dulu.
Karena produk pariwisata tidak hanya cukup bagus
dan indah saja. Produk pariwisata harus dilihat
secara totalitas. Kita memang bagus; yang namanya
alam Indonesia sangat indah. Namun, di saat yang
sama, kita juga disebut sebagai comberan terbesar
di Asia, yaitu Teluk Jakarta itu.
Yang dijual selalu pemandangan alam?
Tidak mesti. Wisatawan kan ada yang massal
dan minat khusus. Kalau massal, dia menginginkan
yang berbeda. Namun, kalau minat khusus, walaupun
infrastrukturnya belum ada dan masih sulit mereka
tetap mau ke sana asal minatnya terpenuhi. Misalnya,
kita kaya wisata menyelam.
Tapi saya katakan sekali lagi, kaya saja tidak cu-
kup. Tapi harus berdiri pada elemen-elemen dasar
yang kuat. Saya tanya, Indonesia itu teratur atau
tidak? Serius ini. Kita masih di atas ketidakteraturan.
Mulai dari jalanan yang macet. WC nya masih kotor.
Kuatkah elemen dasarnya, masyarakatnya disiplin
tidak. Kemudian orangnya sudah sejahtera tidak,
gimana bisa senyum. Akhirnya mengincar kamera
orang. Faktor-faktor ini dasar untuk menjadi tuan
rumah yang baik. Hal-hal ini yang menjadikan orang
betah atau tidak datang ke Indonesia.
Konon Indonesia terkenal karena ke-
ramahan penduduknya, apa masih ada?
Memang, keramahan itu masih ada. Tarian se-
lamat datang, semua daerah kita senang menerima
orang. Tapi orang tidak lagi jadi ramah kalau sedang
lapar. Faktor lain, kebersihan. Orang bersih kan
dituntut oleh agamanya. Bersih itu untuk kita sendiri.
Tapi bahwa kalau kita bersih juga memberikan efek
positif bagi pengembangan pariwisata, itu masalahnya.
Kalau orang mau tour ke kanal-kanal sambil nutup
hidung, mau bikin restoran apung di Ciliwung, bagaimana
ceritanya.Yang lebih celaka lagi, kalau lingkungan kita
kotor terus seperti ini dan tidak diapresiasi, kita akan
diboikot dunia. Statement WTO dalam Resolusi Osaka,
negara-negara yang tidak mengapresiasi lingkungan
dalam pengembangan pariwisata, jangan didatangi.
Untuk apa datang ke negara yang tidak menghargai
lingkungan? Nah kalau anggota WTO ada 183 negara,
kita dibikot, habis sudah.
Posisi kita masih aman?
Memang, tapi saya tanya, di Indonesia ada gak
sungai-sungai yang masih jernih. Artinya, apakah kita
semakin tidak betul dengan lingkungan? Saya tidak
mengatakan pesimisme. Namun, tadi Anda menanyakan
Malaysia. Kita tidak bisa dibandingkan dengan Malaysia
karena mereka elemen dasarnya sudah kuat.
Mentalitas?
Keteraturannya ada, kebersihan, disiplin masya-
rakat sudah, semua sudah lebih baik dari kita.
Apalagi ditambah dana promosi yang tinggi?
Lupakan masalah promosi dulu. Kalau soal
promosi, di Afrika juga sama konsepnya. Bukan sesuatu
yang luar biasa. Buku promosi diloakkan juga banyak,
gampang dimengerti. Tapi kalau mempromosikan
sesuatu yang belum siap, bagaimana? Itu dapat
menjadi bumerang. Over promoted dapat membuat
efek jera kepada wisatawan. Promosi artinya berjanji,
if you promote something, you promise something.
Karena promosi yang sebenarnya adalah ketika kita
menginjakkan kaki di sana.
Bagaimana mengantisipasinya?
Perbaiki elemen-elemen dasarnya. Belum lagi
travel related services-nya. Menukar dollar saja susah.
Uang lembaran 100, kursnya segini. Lembaran 20
harganya segini, uangnya lecek harganya beda lagi.
Lha gimana? Apa membuat orang akan nyaman?
Elemen dasar perbaikannya bisa satu
generasi, sedangkan Visit Indonesia Year 2008
sudah di depan mata. Lantas apa yang mau
dijual?
VIY ini bukan suatu yang rumit. Artinya,
kita akan melaksanakan kegiatan yang tujuannya
mendatangkan orang. VIY itu dikaitkan dengan target
pariwisata nasional kita mencapai 7 juta wisatawan
pada 2008. 100 lebih event di seluruh Indonesia.
Semua akan kita jadikan atraksi yang mengundang
banyak orang. Kita tidak akan mengembangkan
event-event baru, tapi mempromosikan event yang
sudah dibuat oleh daerah. Seperti festival Tabot di
Bengkulu, Festival Minangkabau, dan Festival Senggigi
di Lombok semuanya sudah ada.
Namun, dalam rangka VIY ini, kita benahi
sedikitlah. Hal ini karena sebagian besar ditujukan untuk
orang asing. Tidak hanya wisatawan mancanegara
(wisman) tapi juga wisatawan nusantara (wisnus).
Jangan salah, wisnus juga menjadi sangat penting
bagi kita. Terbukti setelah banyak peristiwa semisal
bencana dan teror, wisnus menjadi juru selamat. Angka
perjalanan wisnus hitung-hitungannya sudah sampai
100 juta orang. Kalau rata-rata jumlah perjalananya
1,85 kali, berarti sudah sekitar 200 juta perjalanan per
tahun. Itu dapat menghasilkan sekitar 80 triliun kalau
rata-rata pengeluarannya 300–450 ribu rupiah.
Kalau wisman?
Capaian devisanya baru US$5 miliar per tahun.
Kalau VIY 2008 dapat mencapai 7 juta wisatawan
dengan rata-rata per visit 1000, ya harapan kami
bisa meraih sekitar US$7 miliar.
Daerah yang dijual?
Kita lihat pasar potensialnya. Kalau Bali, tentu
seluruh pasar. Kalau daerah Sumatra kita jual ke
negara yang tidak ada friksi jaraknya, terutama
penerbangan. Kita pasarkan ke ASEAN, Malaysia dan
Singapura. Lebih logis, pun ada kesamaan budaya
dalam arti makanan, tarian, dsb. Sementara, tren
pada 2007 juga menunjukkan ada dua negara yang
naik jumlah wisatawannya, yaitu India dan Singapura.
Kalau Jepang relatif konstan. Adapun yang lain-lain
malah turun. Secara umum, ada 12 pasar, Eropa,
USA, Jepang, China, Australia, India, Timur Tengah,
Malaysia, dan Singapura.
Apa daya saing kita dibandingkan negara lain?
Kalau daya saing, saya pikir kekuatannya ada pada
keragaman produk, apa saja ada. Kedua, masyarakatnya
yang juga beragam. Produk kita sangat sustain, mau apa
saja ada. Mau apa? Danau berwarna, hijau, kuning, dan
ada danau terbesar. Namun, yang lemah dari kita adalah
elemen-elemen dasar yang mendukung produknya.
Ditambah Borobudur tidak lagi termasuk 7
keajaiban dunia lagi?
Lha, yang menyebut 7 keajaiban dunia itu siapa?
Kita sendiri yang menyebut. Tidak pernah ada yang
menyebut demikian. Yang ada, Borobudur merupakan
world heritage. Sampai sekarang juga world heritage,
sampai batunya tinggal secuil juga tetap saja.
Kalau kemarin itu ada penelitian oleh mantan
orang UNESCO. Dia membuat polling model sms,
kayak acara tv show. Mengapa harus khawatir? yang
penting dia masih dalam kategori world heritage. Kita
ini kan gampang-gampang bikin kesimpulan sendiri.
Borobudur itu kan bangunan yang sudah mendunia.
Sudah ada kelasnya sendiri.
Tentang larangan terbang UE dan kemung-
kinan Saudi, bagaimana menyikapinya?
Kalau Saudi, tidak. Mereka hanya ingin tahu saja.
Justru kalau VIY dipakai untuk meng-counter berbagai
macam isu. Kalau soal travel warning tidak banyak yang
bisa kita lakukan selain mengimbau. Karena semua itu
kan hak orang untuk mendapat keamanan dalam terbang
kan manusiawi. Walaupun kita tetap menghimbau karena
akibat dari larangan ini kan banyak sekali
Adapun yang tergangu adalah paket-paket round
trip, biasanya 15–30 hari berkeliling. Umumnya, mereka
dari Belanda, Prancis, dan Jerman. Angka ini mewakili
sekitar 20% dari total arrival dari Eropa. Kalau Eropa
sendiri angkanya sekitar 800.000 wisatawan. Kami
harapkan jangan lewat Oktober sudah bisa digunakan
lagi.
Seperti yang dikatakan pak Jusuf Kalla agar kita juga
belajar dari kekurangan-kekurangan kita. Keselamatan
tidak hanya untuk orang asing saja, juga perlu untuk warga
kita. Ini bagian dari elemen dasar. Kalau tidak kuat, apapun
daya tarik dari produk Anda, ya tidak akan dilirik.
Begini, pariwisata harus dilihat seperti ban mobil.
Kalau ada jarum satu masuk, semua gak kepakai ban
mobilnya. Kita sudah rapi semua infrastruktur tapi WC nya
bau, ya gak jadi juga. Sudah bagus, eh pulangnya kecopetan.
Kompleksitasnya sangat tinggi produk pariwisata itu.
Hal ini karena elemen-elemennya di bawah tanggung
jawabnya orang lain.
Pembangunan tempat pariwisata di daerah?
Perlu dipertimbangkan yang namanya theme park
atau tempat wisata bertema. Kemudian buat dengan
standar internasional, jangan tanggung-tanggung. Agar
bisa sekaligus dinikmati wisatawan asing. Di satu sisi
juga memberi pembelajaran masyarakat lokal untuk
beradaptasi dengan standar masyarakat internasional.
Pengembangan pariwisata harus melihat
dua sisi. Satu kesiapan masyarakat dan kemudian
pertumbuhan pasar. Dibangun secara bertahap
sesuai tingkat kesejahteraan. Kemudian pembangun-
an elemen dasar, Palembang misalnya, sudah bagus.
Walikotanya sudah concern dengan kebersihan di
bawah jembatan Ampera. Nah dia sedang menyiapkan
elemen dasar untuk pariwisata yang sangat kuat
RUU Pariwisata semangatnya apa?
Kami mencoba untuk sejauh mungkin menghindari
apa yang namanya government dominant. Sebisa mungkin
menjadi lebih seimbang antara tugas pemerintah sebagia
policy making, tugas daerah, karena produk itu kan nantinya
akan lebih banyak. Artinya usernya ada di daerah.
Melihat dari pembagian tugas, pemerintah mempro-
mosikan citra nasional, daerah mempromosikan
destinasinya, swasta yang jual produknya. Pemerintah
juga akan menyiapkan standar yang nantinya menjadi
pegangan para pelaku usaha. Ada kriterianya. Pada
dasarnya revitalisasi fungsi pemerintah. Akan lebih
terbatas, tidak dominan lagi.
Sumber: www.dirjenpemasaranbudpar.com
Wawancara atau interview adalah suatu cara untuk me-
ngumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan langsung
kepada narasumber. Orang yang menjadi narasumber bisa siapa saja,
bergantung pada kebutuhan data yang ingin diperoleh. Pertanyaan-
pertanyaan dalam wawancara biasanya dipersiapkan terlebih dahulu
sesuai dengan topik yang akan dibicarakan.
Perhatikan teks wawancara sebelumnya. Topiknya adalah
tentang pariwisata. Namun, sebagai pewawancara, Anda sebaiknya
lebih mengkhususkan topik yang akan diangkat sesuai dengan
informasi yang ingin diperoleh. Dengan demikian wawancara
akan lebih terarah. Contohnya, dalam teks wawancara sebelumnya,
dapat diketahui bahwa pewawancara lebih mengkhususkan topik
pariwisata dalam hal menyikapi dunia pariwisata yang tidak cukup
hanya mengandalkan kekayaan potensi. Begitu juga perhatikanlah
apa pertanyaan dalam wawancara tersebut sudah dipersiapkan sesuai
dengan topik yang telah ditentukan.
Untuk menyusun daftar pertanyaan, Anda dapat memperhatikan
kelengkapan hasil wawancara yang ingin diperoleh dengan me-
manfaatkan unsur apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana. Namun, tentunya Anda tidak perlu terpaku dengan
kalimat tanya yang harus menggunakan kata-kata tersebut. Hal yang
penting, dengan pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan, informasi
yang mengandung unsur apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana itu dapat diperoleh.
Saat melakukan wawancara, kita dapat mencatat informasi yang
disampaikan narasumber secara garis besar atau pokok-pokoknya
saja. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan alat perekam ter-
lebih dahulu. Dengan adanya alat perekam tersebut, kita dapat
mendengarkan hasil wawancara tersebut berulang-kali agar lebih
jelas.
Wawancara dapat pula dilakukan secara spontan terhadap orang-
orang yang ditemui di sekitar sumber berita atau melakukan wawancara
khusus terhadap tokoh atau pejabat penting. Dalam wawancara khusus
biasanya dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu, seperti menentukan
waktu dan tempat wawancara yang tepat. Dengan begitu, Anda dapat
dengan leluasa melakukan kegiatan wawancara.
Ada tiga tahap wawancara, yaitu sebagai berikut.
1. Tahap pendahuluan atau pembukaan
Tahap ini merupakan tahap awal untuk memberi kesan
yang menyenangkan, untuk menciptakan suasana yang nyaman,
serta menumbuhkan motivasi agar kegiatan wawancara berjalan
dengan baik.
2. Tahap kegiatan tanya jawab
Tahap ini merupakan tahap inti dalam wawancara.
Pewawancara menyampaikan pertanyaan secara santun kepada
narasumber. Tidak menutup kemungkinan muncul pertanyaan
lain setelah mendengarkan penjelasan narasumber.
3. Tahap penutup
Tahap ini merupakan tahap penyimpulan terhadap
masalah yang menjadi pokok perbincangan.