Peradilan Rakyat


                                    Peradilan Rakyat
                                   Karya Putu Wijaya
Seorang pengacara muda yang cemerlang me-
ngunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang
sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak sebagai putramu," kata
pengacara muda itu, "aku datang ke mari sebagai se-
orang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan
di negeri yang sedang kacau ini.

Pengacara tua yang bercambang dan jenggot
memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya
dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang
tenang dan agung.

"Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?"

Pengacara muda tertegun. "Ayahanda bertanya
kepadaku?"

"Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi
kamu sebagai ujung tombak pencarian keadilan di
negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."

Pengacara muda itu tersenyum.

"Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku."

"Tentu saja.  Aku juga pernah muda seperti ka-
mu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku
pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan
pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak
seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan
berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan
cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar
kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika
memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak ke-
adilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya.
Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu
masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku
yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar
negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar.  Aku
memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-
pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga
tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah
yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di
negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu."

Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat
dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan
yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-
sisa keperkasaannya masih terasa.


                                                                                                        "Aku tidak datang untuk menentang atau memuji 
                                                                                                        Anda. Anda dengan seluruh sejarah kau memang terlalu 
                                                                                                        besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari 
                                                                                                        kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-
                                                                                                        kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil 
                                                                                                        untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk 
                                                                                                        memujimu. Kau sudah tidak memerlukan cercaan atau 
                                                                                                        pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan 
                                                                                                        yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi 
                                                                                                        kau juga adalah keadilan itu sendiri."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua itu meringis.
                                                                                                         
                                                                                                        "Aku suka kau menyebut dirimu aku dan me-
                                                                                                        manggilku kau. Berarti kita bisa bicara sungguh-
                                                                                                        sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan."
                                                                                                         
                                                                                                        "Itu semua juga tidak lepas dari hasil 
                                                                                                        gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua itu tertawa.
                                                                                                         
                                                                                                        "Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!" 
                                                                                                        potong pengacara tua.
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada ke-
                                                                                                        keliruannya lalu minta maaf.
                                                                                                         
                                                                                                        "Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang 
                                                                                                        hendak kamu katakan," sambung pengacara tua 
                                                                                                        menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati 
                                                                                                        juga pujian itu,
                                                                                                         
                                                                                                        "Jangan membatasi dirimu sendiri. Jangan mem-
                                                                                                        bunuh diri dengan deskripsi-deskripsi yang akan 
                                                                                                        menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, 
                                                                                                        mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai 
                                                                                                        suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh 
                                                                                                        bangsamu ini."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda diam beberapa lama untuk 
                                                                                                        merumuskan diri. Lalu ia meneruskan ucapannya 
                                                                                                        dengan lebih tenang.
                                                                                                         
                                                                                                        "Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. 
                                                                                                        Aku mau berdialog."
                                                                                                         
                                                                                                        "Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya."
                                                                                                         
                                                                                                        "Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara 
                                                                                                        menugaskan aku untuk membela seorang penjahat 
                                                                                                        besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. 
                                                                                                        Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke 
                                                                                                        rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, 
                                                                                                        bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena 
                                                                                                        memberikan seorang pembela kelas satu untuk 
                                                                                                        mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa? 
                                                                                                        Karena aku yakin, negara tidak benar-benar 
                                                                                                        menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya 
                                                                                                        ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, 
                                                                                                        bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, 
                                                                                                        sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling 
                                                                                                        kejam, sudah diberikan seorang pembela yang 
                                                                                                        perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku 
                                                                                                        pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan 
                                                                                                        di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku 
                                                                                                        selalu berhasil memenangkan semua perkara yang 
                                                                                                        aku tangani.
                                                                                                         
                                                                                                        Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena 
                                                                                                        pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, 
                                                                                                        tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau 
                                                                                                        perlu dingin danbeku. Tapi negara terus juga mendesak 
                                                                                                        dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di 
                                                                                                        situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa 
                                                                                                        alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam 
                                                                                                        dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, 
                                                                                                        negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin 
                                                                                                        menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa 
                                                                                                        kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila 
                                                                                                        negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai 
                                                                                                        ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun 
                                                                                                        sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka 
                                                                                                        negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena 
                                                                                                        kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan 
                                                                                                        bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara 
                                                                                                        hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah 
                                                                                                        yang aku tentang.
                                                                                                         
                                                                                                        Negara harusnya percaya bahwa menegakkan 
                                                                                                        keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang 
                                                                                                        bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan 
                                                                                                        selama ini."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk 
                                                                                                        memberikan waktu pengacara senior itu menyimak. 
                                                                                                        Kemudian ia melanjutkan.
                                                                                                         
                                                                                                        "Tapi aku datang kemari bukan untuk minta per-
                                                                                                        timbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu 
                                                                                                        tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah 
                                                                                                        negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri 
                                                                                                        datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan 
                                                                                                        hormat supaya aku bersedia untuk membelanya."
                                                                                                         
                                                                                                        "Lalu kamu terima?" potong pengacara tua itu 
                                                                                                        tiba-tiba.
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap 
                                                                                                        pengacara tua itu dengan heran.
                                                                                                         
                                                                                                        "Bagaimana Anda tahu?"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua mengelus jenggotnya dan 
                                                                                                        mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh. 
                                                                                                        Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak 
                                                                                                        ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian 
                                                                                                        ia berkata: "Sebab aku kenal siapa kamu."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda sekarang menarik napas 
                                                                                                        panjang.
                                                                                                         
                                                                                                        "Ya aku menerimanya, sebab aku seorang 
                                                                                                        profesional. Sebagai seorang pengacara aku tidak 
                                                                                                        bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar 
                                                                                                        aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. 
                                                                                                        Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka 
                                                                                                        yang membutuhkan keahlianku untuk membantu 
                                                                                                        pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga 
                                                                                                        tercapai keputusan yang seadil-adilnya."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala 
                                                                                                        tanda mengerti.
                                                                                                         
                                                                                                        "Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Antara lain."
                                                                                                         
                                                                                                        "Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba
                                                                                                        mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang 
                                                                                                        tua itu.
                                                                                                         
                                                                                                        "Jadi langkahku sudah benar?"
                                                                                                         
                                                                                                        Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.
                                                                                                         
                                                                                                        "Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi 
                                                                                                        kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. 
                                                                                                        Kau tolak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu 
                                                                                                        tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran 
                                                                                                        dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau 
                                                                                                        kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi 
                                                                                                        di situ sudah ada tujuan-tujuan politik. Namun, 
                                                                                                        tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah kau 
                                                                                                        terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas 
                                                                                                        ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak 
                                                                                                        bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu 
                                                                                                        membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang 
                                                                                                        kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat. 
                                                                                                        Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan 
                                                                                                        tanpa sogokan uang! Kau tidak membelanya karena 
                                                                                                        ketakutan, bukan?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Tidak! Sama sekali tidak!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Bukan juga karena uang?!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Bukan!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Lalu karena apa?"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu tersenyum.
                                                                                                         
                                                                                                        "Karena aku akan membelanya."
                                                                                                         
                                                                                                        "Supaya dia menang?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan 
                                                                                                        keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa 
                                                                                                        yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran 
                                                                                                        yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak 
                                                                                                        akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah 
                                                                                                        lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. 
                                                                                                        Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya 
                                                                                                        sebagai klienku."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua termenung.
                                                                                                         
                                                                                                        "Apa jawabanku salah?"
                                                                                                         
                                                                                                        Orang tua itu menggeleng.
                                                                                                         
                                                                                                        "Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau 
                                                                                                        benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada 
                                                                                                        kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan 
                                                                                                        berhasil keluar sebagai pemenang."
                                                                                                         
                                                                                                        "Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat 
                                                                                                        oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat 
                                                                                                        tangguh akan diturunkan."
                                                                                                         
                                                                                                        "Tapi kamu akan menang."
                                                                                                         
                                                                                                        "Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa 
                                                                                                        tahu aku akan menang."
                                                                                                         
                                                                                                        "Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai 
                                                                                                        pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun 
                                                                                                        sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara 
                                                                                                        itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu 
                                                                                                        besar untuk kalah saat ini."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu tertawa kecil.
                                                                                                         
                                                                                                        "Itu pujian atau peringatan?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Pujian."
                                                                                                         
                                                                                                        "Asal Anda jujur saja."
                                                                                                         
                                                                                                        "Aku jujur."
                                                                                                         
                                                                                                        "Betul?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Betul!"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-
                                                                                                        manggut. Yang tua memicingkan matanya dan mulai 
                                                                                                        menembak lagi.
                                                                                                         
                                                                                                        "Tapi kamu menerima membela penjahat itu, 
                                                                                                        bukan karena takut, bukan?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Bukan! Kenapa mesti takut?!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Mereka tidak mengancam kamu?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Mengancam bagaimana?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya 
                                                                                                        juga adalah sebuah ancaman. Dia tidak memberikan 
                                                                                                        angka-angka?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Tidak."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua itu terkejut."Sama sekali tak 
                                                                                                        dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Tidak."
                                                                                                         
                                                                                                        "Wah! Itu tidak profesional!"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu tertawa.
                                                                                                         
                                                                                                        "Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan 
                                                                                                        orang!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu terdiam.
                                                                                                         
                                                                                                        "Bagaimana kalau dia sampai menang?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Negara akan mendapat pelajaran penting. 
                                                                                                        Jangan main-main dengan kejahatan!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?"
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu tak menjawab.
                                                                                                         
                                                                                                        "Berarti ya!"
                                                                                                         
                                                                                                        "Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan 
                                                                                                        menang!"
                                                                                                         
                                                                                                        Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya 
                                                                                                        bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika 
                                                                                                        yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat 
                                                                                                        tangannya.
                                                                                                         
                                                                                                        "Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu 
                                                                                                        melakukan itu bukan karena takut, bukan karena 
                                                                                                        kamu disogok."
                                                                                                         
                                                                                                        "Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa 
                                                                                                        sogokan.  Aku tidak takut."
                                                                                                         
                                                                                                        "Dan kamu menerima tanpa harapan akan 
                                                                                                        mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak 
                                                                                                        kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin 
                                                                                                        memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan 
                                                                                                        dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang 
                                                                                                        benci negaramu, bukan?"
                                                                                                         
                                                                                                        "Betul."
                                                                                                         
                                                                                                        "Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak 
                                                                                                        perlu kamu bimbang. Keputusanmu sudah tepat.
                                                                                                        Menegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai 
                                                                                                        tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih 
                                                                                                        di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. 
                                                                                                        Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah 
                                                                                                        pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus 
                                                                                                        mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak 
                                                                                                        hukum yang profesional."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi 
                                                                                                        pengacara tua tidak memberikan kesempatan.
                                                                                                         
                                                                                                        "Aku kira tak ada yang perlu dibahas lagi. Sudah 
                                                                                                        jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku 
                                                                                                        bertemu dengan putraku, sebab aku sudah sangat 
                                                                                                        rindu kepada dia."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia 
                                                                                                        berdiri hendak memeluk ayahnya. Tetapi orang 
                                                                                                        tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan 
                                                                                                        dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah 
                                                                                                        dan kesakitan.
                                                                                                         
                                                                                                        "Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu 
                                                                                                        sebagai seorang profesional."
                                                                                                         
                                                                                                        "Tapi..."
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu 
                                                                                                        menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya 
                                                                                                        yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah 
                                                                                                        itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
                                                                                                         
                                                                                                        "Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di 
                                                                                                        sini, Pak. Beliau perlu banyak beristirahat. Selamat 
                                                                                                        malam."
                                                                                                         
                                                                                                        Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita 
                                                                                                        yang memiliki mata yang sangat indah itu, pengacara 
                                                                                                        muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali 
                                                                                                        lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya. 
                                                                                                        Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita itu, 
                                                                                                        agar suaranya jangan sampai membangunkan orang 
                                                                                                        tua itu dan berbisik.
                                                                                                         
                                                                                                        "Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti 
                                                                                                        yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit 
                                                                                                        dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku 
                                                                                                        akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan 
                                                                                                        membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk 
                                                                                                        oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas 
                                                                                                        kembali seperti burung di udara. Dan semoga itu 
                                                                                                        akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa 
                                                                                                        secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa 
                                                                                                        yang lalai."
                                                                                                         
                                                                                                        Apa yang dibisikkan pengacara muda itu 
                                                                                                        kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan 
                                                                                                        mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan 
                                                                                                        memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu 
                                                                                                        tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya 
                                                                                                        dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu 
                                                                                                        meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. 
                                                                                                        Rakyat pun marah. Mereka terbakar dan mengalir 
                                                                                                        bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel 
                                                                                                        dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu 
                                                                                                        dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda 
                                                                                                        itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan 
                                                                                                        sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat 
                                                                                                        terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan 
                                                                                                        yang sah.
                                                                                                         
                                                                                                        Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. 
                                                                                                        Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-
                                                                                                        berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah 
                                                                                                        negara dengan suaranya yang empuk, air mata 
                                                                                                        menetes di pipi pengacara besar itu.
                                                                                                         
                                                                                                        "Setelah kau datang sebagai seorang pengacara 
                                                                                                        muda yang gemilang dan meminta aku berbicara 
                                                                                                        sebagai profesional, anakku," rintihnya dengan amat 
                                                                                                        sedih, "Aku terus membuka pintu dan mengharapkan 
                                                                                                        kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. 
                                                                                                        Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada 
                                                                                                        putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja 
                                                                                                        seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari 
                                                                                                        ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang 
                                                                                                        ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan 
                                                                                                        sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang 
                                                                                                        terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti 
                                                                                                        bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?"
                                                                                                         
                                                                                                         
                                                                                                        Sumber: www.kumpulan-cerpen.blogspot.com

                                                                                                        Share this: